Ada 6 puisi saya yang termuat di kolom Hari Puisi rubrik Cagak: Lembaran Budaya halaman 14 koran Padang Ekspres (terbit di Padang, Sumatera Barat) edisi hari Minggu, 13 Maret 2016. Keenam puisi tersebut berjudul Saat Ibu Menyiram Tanaman di Depan Rumah, Cerita Tentang Hutan yang Terbakar, Burung yang Murung, Penyuling Malam, Pengupas Doa, dan Senja Batang Batang.
Ini pemuatan puisi ke sekian kalinya di koran yang terbit di Padang. Setiap pemuatan karya tentu menyemangati saya untuk terus mencoba kirim karya ke media massa, baik yang pernah memuat tulisan saya maupun yang belum pernah memuat karya saya. Juga menurut saya bisa menyemangati warga komunitas Forum Sastra Bekasi (FSB) yang saya kelola agar makin sering kirim karya ke media massa. Saya yakin pasti akan termuat juga akhirnya karena sebagian warga FSB masih muda sehingga masih punya potensi yang sangat luas untuk berkembang menjadi penyair dengan karya makin berbobot. Kesungguhan akan memberikan hasil.
Untuk kirim puisi/cerpen/catatan budaya bisa ke alamat email: yusrizal_kw@yahoo.com dan cerpen_puisi@yahoo.com. Sertakan scan identitas diri, foto dan info alamat lengkap serta nomor telepon yang mudah dihubungi.
Puisi yang saya cantumkan di sini berjudul Saat Ibu Menyiram Tanaman di Depan Rumah dan Penyuling Malam.
Saat Ibu Menyiram Tanaman di Depan Rumah
sepanjang tahun kemarau datang. seperti tak mau berganti
bertubi tubi meretakkan bumi, juga mengoyakkan nadi
meski sumur nyaris kering, ibu tetap tekun menimba
doa bekal menempuh kebun dahaga, setiap pagi dan senja
kurasa ibu memang tak pernah tua
bijak menyimpan rahasia cuaca di hatinya
kali ini jemari tangannya menggengam hujan
dan diguyurkan kepada beraneka tanaman
di depan rumah, di lembah manah
ada lidah mertua dan kuping gajah
bunga bakung dan kembang sepatu
juga tomat, cabai, dan terong berwarna ungu
ibu tak paham dengan perubahan iklim
hanya merasa berbeda tata krama, hingga tata musim
namun ibu meyakini keabadian cinta, sebuah jalan
untuk terus memberi air kepada yang kehausan
Jakarta, 2015
*********************
Penyuling Malam
: dian rusdiana
hampar siang hampir serupa jazirah penantian
yang memanjang dengan segala lengang
yang mengirimkan miang kesendirian
dan menyuburkan bulu kerisauan
lalu sore kau tepuk agar segera merasuk senja
matahari berlalu ke punggung gedung jangkung
selanjutnya kau pungut dan rapikan sumbu gelisah
dan kau sulut menjadi seunggun suluh
engkau menanti sosok lelaki
yang telah menanam cahaya bulan
dalam rahim kesunyianmu
yang merawi kidung asmaragama
bersama lelaki penunggu kata itu
kau suling uap dingin malam
menjadi hangat sajak yang merabas
membasah di sarang pertapaan sabar
Jakarta, 2015
Keren mas budhi … semoga bisa banyak belajar dari puisi-puisinya mas budhi 😀
terima kasih Neneng. selamat berkarya yaa