Ada 1 puisi saya yang termuat di koran Sumatera Ekspres edisi Sabtu 25 Februari 20017. Koran Sumatera Ekspres terbit di Palembang, Sumatera Selatan. Puisi saya termuat di ruang Budaya pada halaman 16 koran tersebut. Ruang Budaya berisi karya cerpen dan puisi.
Saya ikut senang dengan inisiatif dari media massa daerah yang memberikan ruang bagi karya sastra. Hal ini tentu perlu diapresiasi dan didukung dengan karya yang baik. Karya fiksi perlu mendapat kesempatan publikasi sebagai karya literer untuk memberikan upaya penghiburan batin bagi masyarakat. Pada masa kini yang makin riuh dengan banjir berita dan hiburan visual yang sangat gegas, maka karya tulisan fiksi dapat memberikan umpan balik berupa retrospeksi dan imajinasi sehingga dapat memanggil daya kreativitas bagi pembacanya. Juga hal-hal lain yang menjadikan hidup dapat lebih mengembangkan pandangan positif dan berarti.
Satu puisi saya tersebut berjudul Lagu Gerimis Malam.
Budhi Setyawan
Lagu Gerimis Malam
aku sendiri
gerimis menitiskan sepi
mencekam menikam
ke palung belulang
mengirim igau:
- apakah kenangan akan pulang;
tercipta taman, mekar bunga
ah, tapi tak ada lagi harum percakapan
sederet nada akhir dari komposisi Beethoven
juga Mozart, terasa memberat
seperti pisau dingin mengiris
ingatan pada satu perjumpaan
membagi jalan menjadi dua:
- bersimpang, aku dan kau
menimbang gamang
ternyata aku selalu gagal
menerjemahkan hikmah dari perpisahan
seperti waktu yang tak sepenuhnya
bisa lupa pada lagu
berjalan ke pucuk malam
gerimis masih menurunkan rintik
tertatih menjelma rintih
tertempias basah kaca jendela
juga pelupuk mata
malam masih sendiri, sepertiku
lalu teringat akan larik sajakmu:
- adakah yang lebih setia pada hati,
selain luka dan sepi
Bekasi, 2015